Manfaat Vaksinasi Bagi Keberhasilan Budidaya Ikan

PENGELOLAAN kesehatan ikan dalam upaya pengendalian penyakit pada perikanan budidaya, selama ini lebih mengandalkan pada penggunaan bahan kimia/obat/antibiotik. Belakangan semakin diketahui bahwa  penggunaan bahan-bahan tersebut memiliki dampak negatif, baik terhadap lingkungan perairan, ikan maupun konsumen. Pada budidaya ikan yang dilakukan secara intensif, penggunaan bahan pengendali penyakit ikan merupakan salah satu komponen yang sulit untuk dihindari. Oleh karena itu, alternative strategi pengelolaan kesehatan ikan dan lingkungan melalui upaya pencegahan dan pengendalian (vaksinasi, biosecurity, probiotik, terapi herbal dan monitoring) harus menjadi paradigma baru bagi pelaku usaha perikanan budidaya. Pencegahan merupakan langkah paling ideal untuk pengendalian penyakit pada perikanan budidaya. Strategi pencegahan penyakit secara dini yang diyakini lebih efektif dan prospektif adalah melalui vaksinasi.Program vaksinasi untuk mencegah beberapa penyakit potensial pada perikanan budidaya.

SISTEM KEKEBALAN PADA TUBUH IKAN

Sistem kekebalan pada ikan terbagi atas sistem pertahanan non spesifik dan spesifik. Ikan memiliki mekanisme pertahanan non spesifik seperti mekanisme fagositosis yang diperankan oleh sel makrofag dan leukosit bergranula, tetapi ikan juga merupakan organisasi yang mengembangkan sistem respon pertahanan seluler dan hormonal yang dimediasi oleh sel limfosit. Ketika ikan mengalami infeksi pathogen, mekanisme kekebalan non-spesifik akan bekerja untuk menghentikan proses infeksi tersebut.  Jika mekanisme tersebut tidak bekerja efektif, maka infeksi akan berlanjut dan mampu menimbulkan gejala klinis penyakit.

Pada saat itu, respon kekebalan spesifik akan mulai terjadi, dan jika ikan mampu bertahan hidup maka akan terbentuk antibody spesifik terhadap pathogen pada level protektif dan terbentuk pula sel-sel memori.  Jika terjadi reinfeksi oleh pathogen sejenis, maka ikan tersebut akan kebal, mampu menahan infeksi karena respon kekebalan sekunder akan terjadi, sebagai efek booster.

Faktor-faktor yang berpengaruh pada system kekebalan tubuh ikan antara lain :

·  Suhu air. Ikan merupakan hewan poikilotermik. Suhu rendah diketahui sebagai factor pembatas dalam system metabolisme organisme, termasuk proses induksi kekebalan tubuh. Namun demikian, suhu yang terlalu tinggi juga dapat menekan fungsi kekebalan tubuh (immunosuppressive).

·  Kondisi stress. Apabila terjadi stress, ikan akan bereaksi dengan mensekresi hormon stress (contricosteroids) dalam jumlah yang cukup tinggi, dimana hormon tersebut diketahui sebagai unsurimmuno suppressive.

·  Immunomodulators adjuvant merupakan unsur yang apabila dicampur dengan antigen untuk keperlun vaksinasi akan meningkatkan efektifitas vaksin (meningkatkan level respon kekebalan spesifik), dan juga dapat melipat gandakan produksi sel-sel fungsional yang berperan dalam system kekebalan non-spesifik.

·  Keseimbangan nutrisi. Kecukupan pakan (kualitas dan kuantitas) sesuai dengan kebutuhan optimal ikan sangat berpengaruh terhadap sistem kekebalan tubuh ikan.

 DEFINISI VAKSIN

Vaksin adalah suatu produk biologi yang terbuat dari mikroorganisme, komponen mikroorganisme yang telah dilemahkan, dimatikan atau rekayasa genetika dan berguna untuk merangsang kekebalan tubuh secara aktif. Vaksinasi merupakan suatu upaya preventif untuk meningkatkan kekebalan pada tubuh ikan secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga apabila kelak ikan terpapar dengan mikroorganisme pathogen tersebut, tubuh ikan akan mampu melawan infeksi tersebut.  Adapun beberapa persyaratan vaksin yang ideal yaitu :

·   Aman bagi ikan, lingkungan perairan dan konsumen

·   Vaksin harus spesifik untuk pathogen tertentu

·   Vaksin harus dapat melindungi ikan (protective duration) dalam waktu yang lama, minimal selama periode pemeliharaan (siklus produksi)

·  Mudah didapat, aplikatif dan ekonomis

·  Terdaftar di Kementerian Kelautan dan Perikanan

 APLIKASI VAKSIN PADA IKAN

Ada beberapa persyaratan umum yang perlu diperhatikan sebelum melakukan vaksinasi ikan :

·  Sebaiknya ikan telah berumur 1 minggu atau lebih (aplikasi melalui perendaman dan/atau pakan), karena pada umur kurang dari 1 minggu sangat mungkin bahwa organ-organ yang berperan dalam sistem pembentukan antibody belum sempurna.

·  Apabila vaksin diberikan melalui penyuntikan, maka ukuran ikan harus disesuaikan dengan ukuran jarum suntik (needle) dan dosis, serta harus dipastikan bahwa vaksinasi aman secara anatomis (tidak mengakibatkan abses atau luka).

·  Status kesehatan ikan dalam kondisi baik dan tidak memiliki parasit. Seandainya ditemukan parasit, maka parasit tersebut harus ditangani terlebih dahulu sebelum pemberian vaksin.

·  Suhu air relatif hangat (diatas 25 ˚C).

·  Air yang digunakan untuk melakukan vaksinasi dan pemeliharaan ikan harus bebas dari unsur polutan.

Secara umum, vaksinasi pada ikan dapat diberikan melalui 3 (tiga) cara, yaitu melalui teknik perendaman/spray, penyuntikan dan pakan.

1.  Perendaman dalam Larutan Vaksin  Teknik ini sangat ideal untuk ikan yang ukurannya kecil dan dalam jumlah cukup banyak.Perendaman dapat dilakukan dalam bak beton/fiber glass/akuarium atau ember plastik. Selama proses vaksinasi sebaiknya dilengkapi dengan aerasi, dan kepadatan ikan tidak terlalu tinggi (antara 100 – 200 gram/liter air). Pengamatan tingkah laku ikan selama proses vaksinasi dilakukan secara cermat, apabila terlihat ikan yang mengalami masalah, segera dipindahkan ke air segar. Air bekas rendaman virus harus dibuang sesuai dengan rekomendasi produsen, atau disesuaikan dengan jenis sediaan vaksin yang telah digunakan. Apabila jenis sediaan vaksin in-aktif (killed vaccine) dan tidak mengandung bahan kimia yang berbahaya bagi organisme serta lingkungan perairan, maka air bekas rendaman vaksin tersebut dapat langsung dibuang ke saluran pembuangan. Namun apabila jenis sediaan vaksin hidup dan/atau dilemahkan (attenuated vaccine), maka air bekas rendaman vaksin harus diperlakukan terlebih dahulu dengan desinfektan (misalnya, klorin 300 ppm) selama 24 jam sebelum dibuang ke saluran pembuangan.

2.  Penyuntikan Keuntungan pemberian vaksin melalui penyuktikan adalah 100 % vaksin dapat masuk ke dalam tubuh ikan. Ikan yang akan divaksin harus memiliki ukuran yang sesuai. Vaksinasi melalui penyuntikan harus dapat memastikan bahwa ikan harus nyaman selama proses vaksinasi dan pembiusan mungkin diperlukan.  Ada dua cara penyuntikan yang biasa dilakukan, yaitu dimasukkan ke rongga perut (intra peritoneal) dan dimasukkan ke otot/daging (intra muscular). Penyuntikan secara IP biasanya dilakukan di bagian perut, diantara kedua sirip perut atau sedikit di depan anus, dengan sudut kemiringan jarum suntik (needle) kire-kire 30˚. Penyuntikan secara IM biasanya dilakukan di bagian punggung, pada ikan yang bersisik biasanya dilakukan di sela-sela sisik ke 3 – 5 dari kepala, dengan sudut kemiringan jarum suntik kira-kira 30˚ – 40˚.

3.  Melalui Pakan Ikan Teknik ini lebih sesuai untuk ikan-ikan yang sudah dipelihara di dalam kolam pemeliharaan ataupun sebagai upaya vaksinasi ulang (booster). Teknik mencampur vaksin dengan pakan ikan yang umum dilakukan adalah : Sediaan vaksin tersebut diencerkan beberapa kali dengan air bersih (sesuai petunjuk penggunaan pada tiap jenis vaksin), kemudian dimasukkan ke dalam botol semprot. Kemudian semprotkan larutan vaksin tersebut ke pakan secara merata (tidak terlalu basah), dikeringkan dengan cara diangin-anginkan. Setelah kering, pakan langsung diberikan pada ikan. Akan lebih baik lagi apabila vaksin yang telah disemprotkan ke pakan diselaputi putih telur terlebih dahulu, dikeringkan dan kemudian baru diberikan kepada ikan. Sebaiknya pencampuran vaksin dilakukan tidak terlalu lama dari jadwal pemberian pakan.

JENIS-JENIS VAKSIN

Jenis vaksin penyakit bakterial dan viral yang sudah tersedia secara komersial dan masih dalam tahap pengembangan di Indonesia dapat dilihat pada Tabel berikut.

No. Jenis penyakit/ pathogen Jenis ikan utama Ketersediaan vaksin Keterangan
1 Motile Aeromonas Septicemia (MAS)/ Aeromonas hydrophila Lele, gurame, nila, mas Ya Lokal
2 Streptococcosis/ Streptococcus agalactiae Nila Ya Lokal dan impor
3 Streptococcosis/ Streptococcus iniae Kakap Ya Impor
4 Vibriosis / Vibrio spp.

(polivalen Vibrio)

Kerapu dan kakap Ya Lokal
5 Tenacibaculum maritimum Kakap Ya Impor
6 Viral Nervous Necrosis (VNN) Kerapu Ya Lokal
7 Koi Herper Virus (KHV) Mas dan Koi Ya Impor
8 Iridovirus Kerapu Ya Impor
9 Edwarsiliosis/ Edwarsiliosis ictaluri Patin Ya Lokal
10 Mycobacteriosis/ Mycobacterium fortuitum Gurame Belum Lokal, masih pengembangan

Sumber : Ditkeskanling (2013)

TRANSPORTASI DAN PENYIMPANAN VAKSIN

Kerusakan vaksin sering terjadi akibat persyaratan pada saat transportasi dan/atau penyimpanan tidak terpenuhi. Sebagian besar vaksin konvensional memerlukan suhu rendah sebelum digunakan. Oleh sebab itu, selama proses transportasi dan penyimpanan harus sesuai dengan rekomendasi dari prosuden. Kesalahan dalam transportasi dan penyimpanan vaksin dapat menurunkan atau menghilangkan potensi, atau bahkan dapat menimbulkan dampak negative apabila diberikan kepada ikan.

Oleh :

Farida Widiarshanti, S.S.T.Pi (Instruktur Pertama – BPPP Tegal)

DAFTAR PUSTAKA

Ditkeskanling. 2013. Pedoman Penggunaan Vaksin. Jakarta : Direktorat Kesehatan Ikan dan Lingkungan, DJPB – KKP; dan literatur di dalamnya.

Sumber : http://www.bppp-tegal.com/web/